Rabu, 29 Januari 2014

Statusmu Penghalang Cinta



Aku tak pernah menganggapmu ada dalam hidupku. Bahkan untuk melihatmu saja aku tak ingin. Namun, adakah sesuatu dalam diriku yang begitu penting bagimu? Hingga kau begitu gigih untuk mendekatiku setelah sekian kali selalu aku abaikan.

Maaf jika aku tak bisa bersamamu. Aku telah terikat dengan yang lain. Apa itu kurang jelas untuk membuatmu pergi. Namun, dengan berbagai cara yang aku lakukan kamu pun tetap tak ingin mundur. Baiklah aku menyerah, menyerah untuk membuatmu jauh. Aku yang akan menghindarimu dan menjalani hariku seperti biasa tanpa ada kamu.
Waktu satu tahun itu bukan waktu yang singkat. Satu tahun itu sudah cukup untuk membuat seseorang lupa akan teman lama, apalagi kita yang tak pernah menginginkan pertemanan. Ternyata aku salah, untuk satu alasan aku harus kembali ke tempat dimana kamu berdiri. Kamu pun masih berada di tempat yang sama. Kamu menungguku.
Saat ini aku membutuhkan seorang teman untuk mendengar keluh kesahku. Ketika aku mendapati separuh hatiku tlah kosong, kamu menggunakan kesempatan itu untuk masuk. Aku biarkan kamu menghiburku, aku biarkan kamu mengisi hariku.

Apa ini salahku jika akhirnya kamu berhasil memberikan kenyamanan untukku? Kamu mampu menghipnotisku hingga aku tunduk padamu. Aku mampu melupakan dia yang menyakitiku. Apa ini juga salahmu jika kita baru bertemu dan mampu menciptakan kedekatan ini sekarang?

Kenyataan yang aku terima cukup menyesekkan dada. Aku tlah kehilangan orang yang aku sayang. Dan kamu yang berhasil membuatku bangun dari keterpurukan itu, haruskah menambahkan luka yang berbeda? Luka yang justru lebih sakit. Kau telah bersamanya. Bersama dia yang sudah jadi belahan jiwamu, bagian dari hidupmu juga buah cintamu. Kenapa harus aku yang ada dalam cerita seperti ini. Di saat aku mulai terbiasa denganmu. Mulai bisa merasakan sayangmu, mulai bisa menerimamu bahkan mulai menyayangimu sepenuh hati.

Dengan segala daya yang kau punya, kau mencoba meyakinkanku. Membuatku percaya akan semua mimpi yang kau janjikan. Kau berharap ada cara untuk kita bersatu. Tidakkah kau pikirkan betapa hati wanita sangat lemah? Setepat apapun cara yang ingin kau lakukan untuk mengakhiri dengannya pasti akan meninggalkan luka, memberikan bekas perih yang tak mudah di sembuhkan. Tak mungkin ada perpisahan tanpa luka, walau sebaik apapun sebuah akhir itu terjadi. Dan aku, apa yang ku punya? Sebilah pedangpun tak ku bawa, bagaimana mungkin aku akan menebas kasih kalian yang sudah terbina. Aku bagai kerikil kecil disini, bagaimana bisa aku yang hanya benda kecil hampir tak terlihat mampu menghancurkan istana yang sudah terbangun. Akan jadi apa aku merusak hubunganmu dengannya?

Semua sia-sia. Banyak keraguan dariku yang ku ungkapkan padamu hampir tak kau gubris. Kamu tetap kekeh dengan pilihanmu untuk memperjuangkanku. Seberat apapun rintangannya kamu mengharapkan agar aku tegar dan kuat melewatinya. Kamu bersikeras untuk dapat bersamaku. Aku bisa apa, aku pun tak kuasa untuk mundur, karena aku menyayangimu. Tapi untuk maju pun, aku juga wanita yang bisa merasakan kesakitan yang akan dirasakan dia nanti.

Jika tuhan berkehendak kita bersatu, aku harapkan ada jalan untuk kita bersatu tanpa ada yang tersakiti (secepatnya), jika tuhan menggariskan kamu bukan untukku, semoga kita bisa dengan lapang menerima kenyataan dan kembali berjalan masing-masing.