Selasa, 28 April 2015

Sepiring Roti













Ada kah yang tahu apa yang spesial dari sepiring roti?
Roti yang di olesi butter selai strawberry dan misis ini mungkin sebuah santapan yang sudah tidak asing lagi bagi kalian.
Tapi bagiku apalah arti dari rasa rotinya, yang aku pikirkan adalah seseorang yang menyajikannya dengan bumbu sedikit perhatian.
Lagi-lagi aku terlalu berlebihan, siapa saja bisa kan membuat roti sandwich seperti itu.
Entah bagaimana aku begitu gembira kau yang ku kagumi datang membawa sepiring roti itu.
Kau selalu tahu bahwa aku tak mungkin mengambil jam istirahatku untuk makan siang, dan karena alasan itu kau menyempatkan waktu istirahatmu untuk menyiapkan sedikit camilan untukku.
Aku tak tahu harus mengartikan kepedulianmu ini sebagai perhatian teman kerja atau lebih?
Jika kau juga menyukaiku mengapa aku mendengar kau sudah menyebut nama wanita lain, tapi jika tidak untuk alasan apa sepiring perhatian itu kau sajikan.
Mungkinkah aku begitu berlebihan mengartikan semua perhatianmu.
Ahh ingatlah, aku kan juga sudah terikat pada orang lain
Cukup terima kasih sajalah untuk semuanya.
You are the best partner (y)

Rabu, 22 April 2015

Tawar

Kamu yang begitu manis dan sempurna di mataku, itulah mengapa aku mengabaikan banyak pria hanya demi memperjuangkanmu. Namun itu hanyalah perkiraan yang salah. Awalnya saja memang sempurna. Saat aku duduk melihat pasangan lain yang begitu bahagia, rasa-rasanya aku ingin bertanya padamu mengapa kita tak pernah sebahagia mereka saat ini. Ada jarak yang tercipta.

Sudah hampir banyak orang aku jadikan tempat untuk bertukar cerita, dan kamu tahu apa respon mereka? Mereka memintaku untuk menjauhimu saja. Aku pun ingin melakukannya, karena untuk alasan apa lagi aku bertahan. Semua mimpi yang kamu rangkai untuk masa depan kita, semua janji yang pernah kau titip untukku kini hanya angin lalu. Perasaanku pun sudah mati, semua terasa hambar. Aku tak mampu membedakan mana cinta mana kagum mana benci, semua setawar air tanpa gula.

Bagaimana aku harus melalui ini? Dengan mencari kesibukan lain? Sudah aku lakukan, namun apa hasilnya? Nihil. Harus dengan mencari penggantimu? Siapa? Apa masih ada laki-laki yang mau menerimaku? Jika aku harus menyebut satu nama Tuhan, aku ingin dia. Dia yang kini ada di dekatku karena urusan pekerjaan. Tapi aku tahu dia tak mungkin melirikku. Dia sudah menyebut nama lain dalam doanya untuk di jadikan pendampingnya. Lalu Tuhan? Bagaimana denganku? Siapa laki-laki yang sebenarnya kau kirim untuk membahagiakanku?  Jika dia yang aku ingin tak bisa bersamaku, mengapa engkau harus menciptakan hati untuk bisa merasakan kagum? Mengapa engkau menciptakan pikiran wanita untuk bisa menyukai lawan jenisnya? Sementara mereka para kaum Adam dengan lantangnya menyuarakan bahwa lelaki lah yang punya hak untuk memilih. Dan kami wanita hanya berhak menolak. Jika memang seperti itu prinsip yang kau buat Tuhan untuk apa hatiku bisa merasakan suka padanya yang jelas-jelas telah memilih orang lain.

Kalian semua telah menghancurkan mimpi yang telah susah payah aku rangkai. Kalian menghapus semua cerita indah yang pernah aku khayalkan. Sepertinya aku sudah tidak perduli lagi dengan apa yang aku rasa. Biarlah engaku saja yang tentukan siapa yang akan selalu ada. Aku tidak ingin ada rasa suka rasa sayang bahkan cinta lagi dalam diriku. Karena percuma, tiap aku menetukan siapa laki-laki itu, aku tidak pernah bisa mendapatkannya, hanya kekecewaan. Biarlah perasaanku setawar ini, dan aku mau tetap seperti ini, setawar ini. Tapi ku mohon, jika waktunya tiba kirimkanlah pria yang benar-benar mencintaiku lebih dari apapun.

Untuk saat ini, apakah aku boleh merasakan kebebasan? Setelah apa yang aku dapat dari kalian aku hanya ingin sendiri. Bebas tanpa terikat pada siapapun. Bebas melakukan apa yang aku mau tanpa ada yang melarang. Bisakah aku dapat itu darimu? Silahkan kembali mengikatku setelah kau berhasil tepati janjimu! Dan untukmu yang lain semoga nama yang kamu sebut benar-benar membuatmu bahagia. 



Rabu, 15 April 2015

Entah

Entah bagaimana aku menyikapi ini?
Entah pada siapa aku ingin sandarkan pilihan hatiku?

Yang aku ingin hanya kebahagiaan...
Salahkah jika aku menuntut itu?
Dari orang yang aku kira bisa memberikan kebahagiaan itu
Tapi?
Jika orang itu ada dua?
Mana yang harusnya aku utamakan?

Aku takut aku mulai melupakan rasa yang pernah ada pada orang yang lebih dulu memikatku
Aku takut jika kagumku ini menjalar pada orang yang baru dan menjadi sebuah ketertarikan
Aku takut jika ketertarikan sesaat itu berubah menjadi rasa sayang dan ingin memiliki
Aku mulai takut kehilangan dia meski aku tahu aku belum punya status yang jelas dengannya
Sampai saat ini kita hanya teman
Iya teman, teman kerja...
Aku hanya merasa nyaman ketika bersamanya...
Tidak pada kamu yang dulu yang kini membuat aku risih bila kau dekati, tanpa aku tahu mengapa itu bisa terjadi

Tak ada kepastian...
Yang ada hanya anganku yang menebak-nebak saja...
Sampai sejauh mana kamu yang dulu ingin memperjuangkan ini...
Dan sampai sejauh mana mimpiku untuk bisa bersama dia yang baru...

Siapa dari mereka yang pantas aku andalkan? Mereka berdua memberikan ketidakpastian dalam skala yang sama...