Rabu, 11 November 2015

Menemukanmu dalam kehilanganku

Berakhir. Bahkan tulisanku pun belum habis satu lembar tapi kisahnya sudah berakhir. Ini kan yang kalian mau ? Saat ini kalian seperti ingin menertawakan aku karena ego ku dulu yang sulit di nasehati. Iya, aku akui aku sangat keras kepala. Aku terlalu percaya pada semua omong kosong dan janji palsu lelaki yang sudah beristri itu. Sampai aku lupa pada orang sekitar yang begitu perduli dan menyayangiku tanpa syarat.

            Dua tahun lebih tiga bulan tepatnya aku menanti perpisahanmu. Itu bukan waktu yang singkat kan? Seperti kredit motor saja sampai tahunan. Bodohnya aku tak pernah menyadari itu. Waktu yang harusnya bisa aku habiskan untuk bersenang-senang justru sia-sia demi sebuah penantian hampa. Tidak, tidak lagi kali ini. Janjimu sudah jatuh tempo tiga bulan yang lalu. Kamu tidak bisa lagi menipuku dengan memberi harapan dan pernyataan bahwa kau masih bisa memperjuangkan semua dan berpisah dengannya. Sudah cukup berulang kali aku mendengar ini dan tak ada hasil yang nyata. Kali ini tolong, biarkan aku lepas sepenuhnya. Tidak ada lagi yang bisa di pertahankan. Sampai kapanpun orangtuaku takkan pernah mengijinkan hubungan kita, bahkan keluargamu juga memberikan penolakan yang sama. Kembalilah saja! Pulang! Ke tempat orang tuamu dan temui anak istrimu yang sudah lama kau tinggalkan. Jangan usik hidupku dan aku takkan lagi muncul di depanmu.

            Luka kali ini tak perlu dengan air mata lagi, karena ada seseorang yang sudah menyiapkan bahunya untuk aku bersandar. Laki-laki berkacamata yang mampu membawaku lari jauh dari kisah yang salah ini. Menawarkan sekeping hati untuk aku miliki, memberi cinta tanpa dusta, senyum tulus yang akan selalu seperti itu. Aku menyayanginya.

            Aku bahkan tak menduga bisa bertemu dengannya lagi. Mungkin inilah yang disebut takdir Tuhan, begitu indah alurnya berjalan. Dari sebuah kehilangan akan selalu ada yang menggantikan. Hmm, berapa lama ya kita tidak pernah bertemu? Tahunan juga? Iya, bertahun-tahun yang lalu. Kali terakhir aku melihatmu adalah pada saat pentas seni di masa putih biru kita. Acara perpisahan yang benar-benar memisahkan kita semua. Dalam tawa kita menangis karena tahu takkan akan bertemu lagi. Dalam tangis kita bahagia karena mimpi menjadi anak SMA sudah di depan mata. Setelah itu aku tak pernah lagi tahu akan keberadaanmu. Lagipula kamu siapa? Kita hanya sekedar kenal pada saat itu tanpa kedekatan yang lebih intens. Kelasmu di ujung utara, dan kelasku paling selatan. Kita jarang bertatap muka untuk hanya tegur sapa. Mungkin temanku yang lain yang lebih mengenal kamu. Ahh, sudahlah masa lalu itu tak penting lagi. Sekarang kamu bersamaku.

            Ucapan terima kasih itu pantas aku lontarkan untukmu fikri, karena sudah memberikan Broadcast tentang pin dia. Kita melepas rindu pertama lewat obrolan BBM.

“Ini Delia temen SMP itu ya? Apa kabar?”
“Iya bener ini aku, kirain kamu lupa. Aku baik”
“Gak lah, kamu tu yang lupa sama aku”
“Bukan lupa, tapi karena gak ada kontak jadi mau ngubungi gimana?”

            Percakapan itu berlanjut seru. Ternyata dia orang yang menyenangkan. Sedikit rasa sesal pun muncul, kenapa tidak dari dulu aku mengenalnya. Mengapa aku dulu terlalu cuek untuk urusan berteman terutama dengan laki-laki. Aku hanya sibuk dengan buku pelajaran demi target nilai baik untuk membanggakan orang tua.

“Kamu sibuk apa? Kuliah?”
“Ohh enggak, aku kerja jadi reception hotel, kamu?”
“Aku kuliah sambil kerja J

            Kurang rasanya jika ini hanya sebatas obrolan dengan perantara ponsel. Kamu ingin bertemu, dan aku pun. Malam itu kamu datang ke rumah. Wajahmu masih tetap sama seperti terakhir kali aku melihatmu dulu, hanya saja aku tak ingat kapan kamu mulai memakai kacamata itu. Sweater hitam melekat di postur tubuhmu yang proporsional, tak gemuk juga tak terlalu kurus, ideal. Kita berbincang sampai malam. Kamu dengan kisahmu dan aku dengan kisahku. Aku bahagia. Sudah lama aku menantikan saat-saat seperti ini. Ada getar yang tak biasa ketika aku memandangmu. Mungkin aku sudah jatuh cinta lagi. Secepat itu? Tidak biasanya seorang Delia gampang menaruh hatinya. Mungkin juga ini karena lelahnya menanti, hingga tanpa pikir panjang aku mantap melabuhkan hatiku padanya. Dia tempatku untuk pulang yang terbaik kali ini. Jahat kah aku? Tidak, tolong jangan anggap perbuatanku ini sebuah kejahatan. Aku hanya ingin melupakan kisah masa silamku dan kembali memulai yang baru dengannya. Memang sempat terbersit satu keinginan untuk menjadikannya hanya sebagai pelarian. Tapi setelah melihat ketulusannya, aku mencintainya. Aku benar mencintainya. Maafkan aku sayang, untuk niat awalku itu, tulisanku ini sembari permohonan maafku untuk tidak jujur dari awal tentang semua padamu. Tapi percayalah, detik ini dalam hatiku hanya ada namamu. Aku ingin kamu. Tolong temani aku, bantu aku menghidupkan kembali api cinta yang pernah padam.

            Anganku kali ini hanya tentangmu. Siang malam terbayang wajahmu, candaanmu. Aku selalu rindu padamu. Kamu penghias hatiku yang pernah rapuh oleh cinta yang terlarang. Bagaimanapun kalimat tentang kebahagiaan saat ini takkan ada satupun yang mampu menggambarkan perasaanku. Aku bahagia menemukannya, sangat bahagia. Seakan Nobita dalam film Standby Me yang tahu bahwa masa depannya benar akan menikah dengan Shizuka. Dia terbata-bata mengucap pernyataannya pada Doraemon lalu terbang dengan baling-baling bambu, terbang bebas di angkasa dan meluapkan perasaannya. Aku pun sama, ingin meledak karena penuh dengan udara kegembiraan saat ini.
Dia Ario, mahasiswa semester 5 di salah satu perguruan tinggi di malang yang sedang bergelut dengan dunia pertelevisian sebagai pekerjaannya. 



29.10.15
Dari wanitamu yang slalu merindu setiap waktu
I love you :*