Sabtu, 21 Desember 2013

Cukup Masa Lalu


 
Bukan mudah melupakan yang telah terjadi, bukan mudah menghapus kenangan manis yang pernah terukir. Kamu, seseorang yang berarti dalam hidup ini pun harusnya akan slalu ada dalam angan. Tapi takdir berkata lain. Entah alasannya dapat disebut masuk akal atau tidak, nyatanya itu mampu memutuskan. Kita berjalan dengan tujuan kita masing-masing. Tak lagi bergandeng tangan. Tak lagi saling menguatkan. Kita, bukan lagi kita yang bersama-sama, sekarang “kita” adalah “kamu” dan “aku”.
Sedih memang, melihat kamu bukan lagi menjadi milikku. Tak ada ucapan hangat yang menyapaku di pagi hari. Tak lagi ada yang memarahiku ketika lupa makan. Tak ada yang menghantarkan ku tidur di malam hari. Semua begitu berbeda. Iya, sekarang semuanya tanpa KAMU.
“aku mau sendiri dulu, aku mau konsen sama studiku, aku takut nggantungin kamu karna aku jarang perhatian lagi, mending kamu cari yang lain aja”, kalimat itu masih saja terbang di khayalanku. Menyesakkan dada. Seakan masalah ini tak ada jalan keluarnya saja hingga kamu lebih memilih perpisahan. Hanya sampai disitu kah perjuanganmu untuk hubungan kita?? Untuk cinta kita yang sudah berjalan satu tahun lebih ini?? Kasihan. Sungguh akhir yang tidak diinginkan.
Setelah kepergianmu aku masih disini, merenungi semuanya, menanyakan alasannya kenapa ini harus terjadi. Apa tak pantas aku bahagia. Kamu yang mampu menyita waktuku. Kamu yang membuat aku sebegitu sayangnya, tak sadarkah ini membuatku sangat tersiksa. Pertanyaan konyol, iyaa, karena kamupun tak akan menjawabnya. Bagaimana mungkin kamu menjawab pertanyaan itu, memikirkanku saja pasti sudah tak pernah kau lakukan. Aku bagai kertas usang tak terpakai yang langsung kau buang. Secepat itu.
Sampai waktu telah menunjukkan kebenarannya, menunjukkan dia bukan yang terbaik, aku masih saja mengharap kepulanganmu. Kembali dalam pelukku, bersamaku. Tapi itu hanya khayalan. Kamu sudah punya pengganti, sedang aku masih tetap dengan perasaan tak bisa terima. Jemariku masih saja mengetikkan namamu di kolom search Fb, menuliskan usernamemu di twitter. Aku masih memantaumu lewat jejaring social tanpa kau ketahui. Semua aku lakukan hanya sekedar untuk tahu kabarmu. Sehari saja tak ada status di profilmu sudah membuatku panik, tak ada yang terjadi kan dengan kamu disana? Aku masih khawatir. Walau terkadang hasil dari semua itu juga membuat sesak, tapi tak apa asal tahu kabarmu itu sangat cukup.
Kini, kamu sudah bahagia tanpa ada aku lagi di sela-selanya. Kamu begitu bebas dengannya, menghabiskan waktu seharian berdua, melakukan semua hal yang tak pernah bisa kau lakukan sewaktu denganku dulu. Iri? Iyaa, sedih? Iyaa, kenapa? Karena aku tak pernah bisa jadi yang kamu mau, tak bisa menuruti apa yang jadi keinginanmu. Itu cukup pula jadi alasan kenapa akhirnya kamu lebih memilih pergi. Aku tak pantas untukmu.
Aku sudah pergi dari kehidupanmu, tak ada niat untuk kembali pulang. Tak pernah pula memintamu untuk menjadi bagian dari hidupku lagi. Walau pada awalnya memang sulit untuk di terima. Kamu cukup jadi masa laluku tak untuk jadi nyata dalam kehidupan masa depanku.


Jumat, 20 Desember 2013

Bukan Hartamu




Hari ini adalah hari pertama dimulainya tahun ajaran baru. Sayangnya awal dari segala sesuatu yang baru ini tidak disambut baik oleh Jasmine. Apa yang terjadi? Dia justru memulai harinya dengan ditabrak oleh cowok yang masih asing baginya.
“hehh, kalau jalan liat-liat dong, jangan merem aja!” teriak Jasmine kesal
“maaf ya, aku gak sengaja, keburu nih soalnya” jawab cowok itu
“buru-buru sih ya buru-buru tapi gak usah nabrak orang gitu juga kalii”
“ya deh iya, aku kan udah minta maaf, kenapa masih marah sich? Masa’ cantik-
 cantik jutek”
“arghh sudah, mendingan kamu pergi sebelum aku makin marah nih”, bentak Jasmine
***
Tak lama kemudian muncul sahabatnya Anjani, ternyata ia telah memperhatikan gerak gerik Jasmine dari tadi.
“kamu kenapa sih pagi-pagi udah kusut begitu mukanya??”
“abis gimana gak jengkel coba’? kamu liet deh cowok yang jalan kearah kelas itu, ampun dah, siapa dia sih? x.x”
“ohh itu, denger-denger sih katanya murid baru. Kenapa? Kamu naksir ya?”
“what? Apa kamu bilang??? Naksir?? Khayal !!! kayak gak ada cowok laen aja, ogah banget deh ya jadian sama cowok sok cool, liet aja tuh lagaknya, kayak dia paling ganteng aja.”
“tapi emang dia ganteng kan?”
“whatever, sudah ah, yuk masuk kelas! Ntar telat lagi…”
Bel masuk pun berbunyi, semua sudah siap di tempat duduk masing-masing. Bu rike langsung memulai pembicaraan tak seperti biasanya, kali ini Bu Rike ingin memperkenalkan murid baru terlebih dahulu. Setelah diminta masuk, muncul dari balik pintu sosok pria yang tampan, gagah, rapi, perfect lah. Sehingga membuat para wanita terperangah kagum. Tapi, Jasmine justru mengeluh kecewa, karena ternyata cowok yang tadi menabraknya malah ada dalam satu kelas yang sama.
“silahkan kamu memperkenalkan diri terlebih dahulu !!” pinta Bu Rike
“terima kasih bu. Well, kenalkan nama saya Reno. Saya pindah kesini karena ikut orang tua saya yang pindah tugas dari Kalimantan” jelas laki-laki itu dengan senyum ramah.
“ok Reno, please sit down !! well class, let’s start our lesson today!”
***
Pelajaran hari itu pun telah selesai, bel tanda pulang berbunyi. Seperti biasa, perjalanan pulang selalu diisi dengan cerita menarik yang terjadi selama jam sekolah berlangsung. Dikarenakan rumah mereka yang juga berdekatan, tak bosan Jasmine dan Anjani selalu pulang bersama. Kali ini topik mereka yakni membahas murid baru yang berhasil membuat Jasmine bencinya setengah mati.
“aku gak abis pikir deh, kenapa aku bisa satu kelas sama tuh cowok? Mimpi apa aku sampai harus ketemu orang se-rese’ dia” lamun Jasmine dalam hatinya
“HHEYY,,” kata itu seakan membuyarkan lamunan Jasmine
“kamu mikirin apa sih? pasti Reno? Iyaa kan??” ucap Anjani lagi
“gak usah sok tahu deh !!”
“halaaa, bilang aja kamu suka, keliatan tauk dari muka kamu, kalau kamu beneran suka bilang aja sama aku, nanti aku comblangin deh”
“suka??? Dalam mimpi… yang bener aja dong, masag iya aku suka sama dia, udah ketauan kalo dia itu nyebelin”
“masa’ sih?? setahu aku, dia itu orangnya baik, setia, perhatian, pengertian, tipe cowok penyayang, alim udah gitu ganteng, tinggi, tajir, perfect lah pokoknya. Dan menurut aku, dia cocok buat jadi pacar kamu. Apa kamu pengen terus-terusan jomblo?”
“Anjanii, dibayar berapa kamu sama dia? Segitunya banget kalo muji, tapi makasih ya nasihatnya, kalo menurut aku lebih baik aku jomblo dari pada nanti jadian tapi aku harus ditabrak mulu’ tiap pagi.”
“yaelaah, masa’ cuma karena tabrakan kamu sampai benci banget gini sih, dia pasti gak sengaja tadi”
“terus aja bela dia! Sekarang terserah ya, mau dia sengaja atau enggak tetep aja sakit kalo di tabrak”
“kalo yang nabrak cintanya?? Gimana?”
“dihh ,ini anak apaan sih? maksa banget. Kalo kamu suka ambil aja !”
“wooo, enak aja maen ambil, aku kan sudah punya Leon, gimana sih? tapi hati-hati lo ya, biasanya nih, orang yang pada awalnya benci bisa aja ntar jadi suka loo”
“kan masih biasanya :p”
“bbeuhh,, ini anak di kasih tahu susah amat yak”
Hahahahaha :D
***
Hari demi hari berganti, dan tidak ada kata ‘Damai’ untuk Jasmine dan Reno. Selalu saja ada yang diributkan, walau cuma hal sepele. Namun, lambat laun semua itu berubah. Perasaan benci berubah jadi sayang. Bisa dibilang perkataan Anjani telah menjadi kenyataan. Sebenarnya Reno sudah menyukai Jasmine sejak pertama kali bertemu, tepatnya saat mereka bertabrakan itu. Hanya saja gengsi mau mengutarakan karena melihat sikap Jasmine yang begitu acuh. Bosan melihat sikap Jasmine dan Reno yang jadi malu-malu mau, Anjani dan Adit sahabat Reno bermaksud ingin menjodohkan mereka berdua. Usaha yang tak sia-sia, karena tak lama kemudian Jasmine dan Reno pun benar jadian.
Kini tak ada lagi pertengkaran, hanya cinta, kasih dan sayang yang mewarnai hari-hari mereka berdua. Sesekali sih pernah ribut tapi ya sekedar bercanda.
“sayang? Pernah kepikiran gak sih kok bisa gitu kita sampe pacaran? Padahal tadinya kita musuhan” ucap Jasmine memulai pembicaraan hari itu
“udah takdir” balas Reno singkat
“kamu sayang sama aku apa enggak?”
“sayang”
“dari tadi jawabnya kok itu-itu aja sih, serba singkat, kenapa?”
“ngapain di jawab panjang-panjang kalo bisa pendek”
“erghh dasar x.x “
Sudah hampir dua bulan hubungan mereka berjalan. Tetapi entah mengapa keharmonisan itu mulai tak terlihat. Nyala api cinta yang membara kini mulai padam. Cahaya kasih yang terang menjadi redup. Bunga-bunga asmara yang tumbuh bersemi, layu lah kini. Semua berubah seiring berjalannya waktu. Jasmine mulai kesal dengan sikap Reno sekarang. Wajah tampan dan gaya yang menawan tlah membuatnya menjadi lelaki playboy. Banyak wanita yang mengantri untuk mendapatkan cintanya. Kesetiaan telah hilang, tergantikan oleh dusta. Kata ‘PUTUS’ pun mengakhiri tulus cinta Jasmine untuk Reno.
Berhari-hari Jasmine menunggu datangnya cinta sejati, namun tak ada yang kunjung menghampiri. Hingga terdengar kabar bahwa Reno kini telah mempunyai pengganti Jasmine. Banyak yang berpendapat kalau Alina pacar baru Reno itu jauh lebih perfect dibanding Jasmine. Tentu saja Jasmine marah,ia hanya minta putus baik-baik dengan Reno, tak harus membanding-bandingkannya dengan Alina itu. Perasaan Jasmine makin tak karuan ketika mengetahui bahwa Reno tak lagi menjadi seorang ‘Player’.
“ni, nyebelin banget sih Reno itu. Masa’ dia berubah jadi tambah perhatian gitu? Kenapa coba’ baru sekarang dia jadi kayak gini? Kenapa gak waktu pacaran sama aku dulu??”
“udahlah, yang sabar aja ya! Memang jalannya harus seperti ini, mau gimana lagi, just go on!!” kata anjani menyemangati
***
Hubungan Reno dengan Alina jauh lebih lama daripada dengan Jasmine dulu. Walaupun demikian Jasmine berusaha menyembunyikan rasa irinya. Namun, meski Reno bertahan lama dengan Alina, ia justru kehilangan sahabatnya Adit. Adit tak mau lagi berteman dengannya, karena tidak terima dengan kelakuannya yang menyakiti Jasmine.
 Suatu hari Reno terlihat sangat resah, ia duduk menyendiri di bangku halaman belakang sekolah. Disaat yang bersamaan Jasmine yang sedang berjalan mengelilingi sekolah menemuinya sedang termenung. Jasmine pun mendekat dan ingin mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.
“haii, boleh duduk?” Tanya Jasmine meminta izin
“oh ya, tentu saja, silahkan !” Reno menjawabnya dengan terbata-bata
“maaf ya sebelumnya, bukan maksud aku untuk ikut campur urusan kamu, tapii,, aku cuma mau tahu, kamu ngapain kok menyendiri disini?”
“yaelaah, mau tanya gitu aja pengantarnya segitu panjang”
“ya daripada kamu tersinggung nanti”
          Ahhahahhhahahaha … sejenak mereka tertawa bersama
“Jasmine,? Kamu nyesel gak putus sama aku?” Tanya Reno kembali memulai percakapan
“emm….. emmm… a.. aa… akuu.. kenapa.. kenapa kamu tiba-tiba tanya kayak gitu?”
“aku cuma pengen tahu aja, karena aku nyesel udah mutusin kamu. Aku salah udah nglepas kamu dan lebih milih Alina. Ternyata dia cewek matre, dia cuma ngincer kekayaanku aja”   
“huss,.. gak boleh ngomong gitu, belum tentu dia kayak gitu, mungkin aja dia punya alasan kenapa dia beberapa hari ini selalu manja ke kamu minta ini minta itu”
“belum tentu gimana, udah jelas semuanya. Aku liat sendiri ternyata selama ini dia sudah punya pacar, lebih ganteng dari aku sayangnya sih miskin. Aku juga punya buktinya kalau Alina bukan cewek baik-baik’
“jangan asal ng’judge deh, dia pasti punya alasan untuk semua ini”
“iyaa, alasan kenapa nrima aku walaupun sudah punya pacar karena aku kaya, misal enggak, dia juga gak mau, orang dia anggep mukaku masih kalah ganteng sama pacar simpenannya itu.”
“udah deh, itu cuma perasaan kamu aja karena terlalu banyak yang kamu pikirin  sampe-sampe kamu ngaco ngomongnya, mending sekarang kamu ajak Alina ngomong baik-baik”
“tapi….”
“sudah ! daripada hubungan kalian nggantung gini, ajak ngobrol gih dia kamu tanya langsung kenapa alasannya, kali aja dia kayak gitu juga karena sikap kamu yang salah ke dia, mungkin aja kan?”
“iya ya?? Kenapa aku gak kepikiran bahas ini langsung sama dia, malah aku pikir sendiri sampai negative thinking ke dia, makasih ya, kamu mau denger aku curhat, kamu yang terbaik Jasmine” (ucap Reno sambil berlalu meninggalkan Jasmine yang masih diam di tempat duduknya)”
Air mata menggenang di pelupuk mata Jasmine, ia tak kuasa menahan tangis. Ia tak sanggup menghadapi kenyataan ini. Seakan berat rasanya untuk merelakan Reno dengan orang lain. Akhirnya Jasmine pun memutuskan untuk ikut orang tuanya yang harus pindah tugas di luar kota. Ia berfikir mungkin dengan cara menghindar seperti itu dapat membuatnya segera melupakan Reno dan segala kenangan didalamnya.
“kamu tega ninggalin kita semua disini?” kata Anjani dengan memeluknya
“maafin aku ya, aku juga gak pengen kita pisah, tapi mau gimana lagi”
“kamu kan bisa gak ikut orang tuamu dan tetap tinggal disini sama nenek kamu?”
“aku bisa aja nglakuin itu, tapi masalahnya..kalo aku tetep disini ..aku gak tau apa aku bisa setiap hari isi ulang air mataku ini”
“kamu ini diajak serius masih aja bercanda”
“daripada jadi nangis, kan mending ketawa”
Ahhahahahahahahaha,
Sejenak mereka tertawa, namun tetap saja tawa itu tak bisa mengurungkan niat Jasmine untuk pergi meninggalkan teman-temannya.
Tinn…. Tinn….(suara klakson mobil ayah Jasmine menjadi tanda kepergiannya)
“yaudah ya? Aku berangkat dulu, baik-baik ya kalian disini !!
“iya ,,kamu hati-hati”
Dengan berat teman-temannya pun membiarkan Jasmine pergi. Semua bersedih karena harus kehilangan teman tersayang. Maklum,, hari takkan ceria tanpa canda dari mulut mungil Jasmine. Karena bisa di bilang yang paling cerewet diantara teman satu kelas ya memang dia. Di tempat yang berbeda, Reno hanya diam membisu tanpa ingin bergabung di kerumunan anak yang sedang mengantar Jasmine sampai parkiran. Ia justru bermesraan dengan Alina yang memang sudah jelas menduakannya. Adit yang masih perduli dengannya berusaha memberi tahu, tapi tak sedikit pun ada kalimat adit yang di dengar. Reno sudah terlanjur cinta pada Alina dan berkata sudah siap menerima apapun resikonya nanti. Tak ada yang bisa mengubah pendiriannya karena egonya yang tinggi.
***
Hingga suatu hari, perusahaan milik orang tua Reno bangkrut. Penyebabnya karena semakin banyak perusahaan baru bermunculan dan berkurangnya para investor yang menanam modal di perusahaan orang tua Reno. Ia dan keluarganya pun jatuh miskin, semua hartanya disita bank untuk melunasi hutang-hutangnya. Mendengar berita ini, Alina langsung mengambil tindakan, karena benar adanya jika ia cewek matre, tentu ia tak lagi membutuhkan Reno yang sekarang kere.
Saat bel istirahat berbunyi…
“Reno, bisa ngobrol sebentar !” ajak Alina pada Reno
“ada apa sayank?” jawabnya
“gak usah panggil sayang lagi deh” bentaknya
“memangnya kenapa? Biasanya kamu gak pernah protes?”
“iya biasanya, tapi itu kan dulu waktu kita pacaran”
“bukannya sekarang juga masih pacaran?”
“apa?? Masih pacaran?? Jangan mimpi deh!! Mulai sekarang kita putus !!”
“kok putus?? Aku punya salah apa??”
“salah apa?? Masih sempet kamu nanya salah apa?? Sadar diri dong kamu tu sekarang siapa !!”
“owh, pasti kamu mutusin aku karena sekarang aku udah miskin? Iya??”
“nah itu ngerti”
“ternyata bener ya, kamu itu cuma manfaatin hartaku, aku nyesel udah mempertahankan wanita yang salah, gak punya perasaan kamu”
“what ever deh kamu mau ngatain apa !!”
“ok lah kita putus, itu juga yang terbaik buat kita”
“Y” (tanpa rasa bersalah Alina pun pergi begitu saja)
Dua tahun berlalu, Reno masih tetap dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung. Memang kita akan sadar betapa penting arti kehadiran seseorang setelah orang itu telah pergi dari hidup kita. Adit sahabatnya dan temannya yang lain berusaha menyemangati agar tak terus larut dalam kesedihan.
Lose Contact …… itu juga problem yang membuatnya semakin merasa bersalah. Kini tak ada yang tahu bagaimana kabar Jasmine. Namun, tuhan punya cerita lain dibalik segala yang tak mungkin telah kembali menjadi mungkin lagi. Saat semua sedang istirahat, tiba-tiba saja ponsel Anjani berdering. Nomor asing yang tak ada di phonebook-nya menelepon, diangkatnya dengan segera.
“hallo..” sapa orang dalam telepon itu dengan lembut
“iya hallo, ini siapa?” balas Anjani
“ini bener Anjani kan?”
“iya benar ini dengan Anjani, siapa? Ada perlu apa?”
“ini aku Jasmine,”
“jasmine??? Ya ampun,, apa kabar kamu??”
Semua temannya pun kaget sekaligus senang ada kabar dari Jasmine lagi. Mereka berdua pun berbincang lama hanya untuk sekedar melepas rindu. Dibalik telepon Reno berbisik “gantian dong, aaku juga mau ngomong”
“ehh, ini Reno mau ngobrol sama kamu” ucap Anjani sembari memberikan ponselnya pada Reno
“hallo Jasmine”
“iya hallo,, Reno ya? Apa kabar?”
“baik kok,, aku seneng lo kamu masi inget aku ternyata”
“ya masih lah, aku tetep inget kalian semua”
“syukur deh,, lama yaa kita gak ketemu,, aku kangen kamu lo”
“aku juga kangen sama kamu, sama anak-anak yang lain juga, btw gimana kamu sama Alina?”
“udah putus”
“loo???? Serius???? Kenapa???”
“ya gitu lah”
“aku ikut prihatin ya, nanti pasti ada gantinya”
“kenapa harus tunggu nanti??
“ehmm, berarti sudah ada gantinya ya??”
“masa’ gak ngrasa?? Penggantinya kan lagi ngobrol sama aku sekarang??”
“nah loo?? Akuu????”
“iya lah, siapa lagi, itu juga kalo kamu mau, aku sayang sama kamu Jasmine, aku nyesel waktu itu ngecewain kamu, aku salah lebih milih Alina, dia bukan yang terbaik untukku, dia gak mengerti aku. Orang yang tepat untuk menemaniku ya kamu, satu-satunya yang paham akan aku, menerima aku apa adanya tanpa menuntut apapun. Maaf aku harus ngomong ini langsung di telepon tanpa basa-basi, karena aku udah gak sanggup nutupi lagi”
“sorry, I can’t say anything about this”
“iya tak apa, aku bisa maklumin,, oh ya, kamu kapan balik ke malang, katanya kangen kita, ato tetep stay di jogja terus nih??”
“enggak kok, udah selesai urusannya disini, jadi aku ya balik ke Negara asalku lah”
“serius?? Kapan??”
“besok udah nyampe sana”
“wah, bisa ketemu dong? Aku jadi gak sabar pengen cepet liet kamu,, kangen banget aku”
“gak janji ya, tapi aku usahain deh, mau ketemu dimana?”
“di taman aja, sekalian nostalgia gitu”
“iyaa boleh, yaudah ya aku mau packing dulu, see you tomorrow”
“iya Jasmine, miss you”
Tanpa balasan, Jasmine langsung mematikan teleponnya, walau begitu Reno sangat senang dapat mendengar suara Jasmine bahkan akan bertemu esoknya. Ia jadi tak sabaran, ingin hari segera berganti besok.
***
Kukuruyuukk……….
Suara sang ayam jantan sebagai isyarat bahwa hari telah berganti pagi pun terdengar telinga. Senyum lesung sang mentari dan kicau burung di angkasa kian menambah pagi itu menjadi pagi yang paling indah. Denting jam yang terus berputar perlahan mengalun merdu. Hingga tibalah pada waktu yang sudah di rencanakan. Reno pun siap, ia berjalan dengan penuh semangat menuju taman.
Sesampainya disana, ia terkejut melihat seorang gadis cantik yang sudah tak asing lagi baginya. Iyaa, Jasmine sudah tiba lebih dulu. Melihat kedatangan Reno, Jasmine pun berdiri dan secara spontan keduanya berpelukan. Hanya beberapa detik hingga mereka sama-sama melepasnya.
“ehmm, maaf” ucap Jasmine lirih
“iya tak apa, aku juga maaf, kita anggap wajar saja karena lama tak pernah bertemu”
Keduanya pun kembali duduk dan bertukar cerita apa saja. Dan percakapan menarik ini pun terjadi.
“Jasmine??”
“iyaa,??
“apa kamu sudah memikirkan ucapanku di telepon kemarin?”
“sudah,, kenapa??”
“lalu??”
“apanya yang lalu??”
“gimana menurut kamu kalau,,, kalau kita kembali seperti dulu lagi,, aku janji kok, aku janji gak bakal ngecewain kamu”
“wah,, gimana ya?? Jujur ya, perasaanku masih tetap sama sih, aku masih sayang juga sama kamu, tapi aku gak yakin”
“apa yang bikin kamu gak yakin?? Apa?? Aku harus nglakuin apa deh supaya kamu yakin dan percaya lagi sama aku??”
“gak aneh-aneh sih, cuma buktiin aja kalo kamu beneran bisa berubah, gak bersikap dingin kayak dulu!”
“iyaa aku akan berubah demi kamu, kali ini gak cuma janji tapi bener-bener aku lakuin, aku akan buktiin kalo aku serius sayang sama kamu, taman ini jadi saksinya Jasmine!”
“promise??”
“I do”
Waktu dan jarak bukan jadi penghalang untuk sebuah rasa sayang. Sebesar apapun luka yang telah tercipta belum cukup besar untuk membuat rapuh kepercayaan itu.
THE END