Bukan mudah melupakan yang telah
terjadi, bukan mudah menghapus kenangan manis yang pernah terukir. Kamu,
seseorang yang berarti dalam hidup ini pun harusnya akan slalu ada dalam angan.
Tapi takdir berkata lain. Entah alasannya dapat disebut masuk akal atau tidak,
nyatanya itu mampu memutuskan. Kita berjalan dengan tujuan kita masing-masing.
Tak lagi bergandeng tangan. Tak lagi saling menguatkan. Kita, bukan lagi kita
yang bersama-sama, sekarang “kita” adalah “kamu” dan “aku”.
Sedih memang, melihat kamu bukan
lagi menjadi milikku. Tak ada ucapan hangat yang menyapaku di pagi hari. Tak
lagi ada yang memarahiku ketika lupa makan. Tak ada yang menghantarkan ku tidur
di malam hari. Semua begitu berbeda. Iya, sekarang semuanya tanpa KAMU.
“aku mau sendiri dulu, aku mau
konsen sama studiku, aku takut nggantungin kamu karna aku jarang perhatian
lagi, mending kamu cari yang lain aja”, kalimat itu masih saja terbang di
khayalanku. Menyesakkan dada. Seakan masalah ini tak ada jalan keluarnya saja
hingga kamu lebih memilih perpisahan. Hanya sampai disitu kah perjuanganmu
untuk hubungan kita?? Untuk cinta kita yang sudah berjalan satu tahun lebih
ini?? Kasihan. Sungguh akhir yang tidak diinginkan.
Setelah kepergianmu aku masih
disini, merenungi semuanya, menanyakan alasannya kenapa ini harus terjadi. Apa
tak pantas aku bahagia. Kamu yang mampu menyita waktuku. Kamu yang membuat aku
sebegitu sayangnya, tak sadarkah ini membuatku sangat tersiksa. Pertanyaan
konyol, iyaa, karena kamupun tak akan menjawabnya. Bagaimana mungkin kamu
menjawab pertanyaan itu, memikirkanku saja pasti sudah tak pernah kau lakukan.
Aku bagai kertas usang tak terpakai yang langsung kau buang. Secepat itu.
Sampai waktu telah menunjukkan
kebenarannya, menunjukkan dia bukan yang terbaik, aku masih saja mengharap
kepulanganmu. Kembali dalam pelukku, bersamaku. Tapi itu hanya khayalan. Kamu
sudah punya pengganti, sedang aku masih tetap dengan perasaan tak bisa terima.
Jemariku masih saja mengetikkan namamu di kolom search Fb, menuliskan
usernamemu di twitter. Aku masih memantaumu lewat jejaring social tanpa kau
ketahui. Semua aku lakukan hanya sekedar untuk tahu kabarmu. Sehari saja tak
ada status di profilmu sudah membuatku panik, tak ada yang terjadi kan dengan
kamu disana? Aku masih khawatir. Walau terkadang hasil dari semua itu juga
membuat sesak, tapi tak apa asal tahu kabarmu itu sangat cukup.
Kini, kamu sudah bahagia tanpa
ada aku lagi di sela-selanya. Kamu begitu bebas dengannya, menghabiskan waktu
seharian berdua, melakukan semua hal yang tak pernah bisa kau lakukan sewaktu
denganku dulu. Iri? Iyaa, sedih? Iyaa, kenapa? Karena aku tak pernah bisa jadi
yang kamu mau, tak bisa menuruti apa yang jadi keinginanmu. Itu cukup pula jadi
alasan kenapa akhirnya kamu lebih memilih pergi. Aku tak pantas untukmu.
Aku sudah pergi dari kehidupanmu,
tak ada niat untuk kembali pulang. Tak pernah pula memintamu untuk menjadi
bagian dari hidupku lagi. Walau pada awalnya memang sulit untuk di terima. Kamu
cukup jadi masa laluku tak untuk jadi nyata dalam kehidupan masa depanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar