Berakhir.
Bahkan tulisanku pun belum habis satu lembar tapi kisahnya sudah berakhir. Ini kan
yang kalian mau ? Saat ini kalian seperti ingin menertawakan aku karena ego ku
dulu yang sulit di nasehati. Iya, aku akui aku sangat keras kepala. Aku terlalu
percaya pada semua omong kosong dan janji palsu lelaki yang sudah beristri itu.
Sampai aku lupa pada orang sekitar yang begitu perduli dan menyayangiku tanpa
syarat.
Dua tahun lebih tiga bulan tepatnya
aku menanti perpisahanmu. Itu bukan waktu yang singkat kan? Seperti kredit
motor saja sampai tahunan. Bodohnya aku tak pernah menyadari itu. Waktu yang
harusnya bisa aku habiskan untuk bersenang-senang justru sia-sia demi sebuah
penantian hampa. Tidak, tidak lagi kali ini. Janjimu sudah jatuh tempo tiga
bulan yang lalu. Kamu tidak bisa lagi menipuku dengan memberi harapan dan
pernyataan bahwa kau masih bisa memperjuangkan semua dan berpisah dengannya. Sudah
cukup berulang kali aku mendengar ini dan tak ada hasil yang nyata. Kali ini
tolong, biarkan aku lepas sepenuhnya. Tidak ada lagi yang bisa di pertahankan. Sampai
kapanpun orangtuaku takkan pernah mengijinkan hubungan kita, bahkan keluargamu
juga memberikan penolakan yang sama. Kembalilah saja! Pulang! Ke tempat orang
tuamu dan temui anak istrimu yang sudah lama kau tinggalkan. Jangan usik
hidupku dan aku takkan lagi muncul di depanmu.
Luka kali ini tak perlu dengan air
mata lagi, karena ada seseorang yang sudah menyiapkan bahunya untuk aku
bersandar. Laki-laki berkacamata yang mampu membawaku lari jauh dari kisah yang
salah ini. Menawarkan sekeping hati untuk aku miliki, memberi cinta tanpa
dusta, senyum tulus yang akan selalu seperti itu. Aku menyayanginya.
Aku bahkan tak menduga bisa bertemu
dengannya lagi. Mungkin inilah yang disebut takdir Tuhan, begitu indah alurnya
berjalan. Dari sebuah kehilangan akan selalu ada yang menggantikan. Hmm, berapa
lama ya kita tidak pernah bertemu? Tahunan juga? Iya, bertahun-tahun yang lalu.
Kali terakhir aku melihatmu adalah pada saat pentas seni di masa putih biru
kita. Acara perpisahan yang benar-benar memisahkan kita semua. Dalam tawa kita
menangis karena tahu takkan akan bertemu lagi. Dalam tangis kita bahagia karena
mimpi menjadi anak SMA sudah di depan mata. Setelah itu aku tak pernah lagi
tahu akan keberadaanmu. Lagipula kamu siapa? Kita hanya sekedar kenal pada saat
itu tanpa kedekatan yang lebih intens. Kelasmu di ujung utara, dan kelasku
paling selatan. Kita jarang bertatap muka untuk hanya tegur sapa. Mungkin temanku
yang lain yang lebih mengenal kamu. Ahh, sudahlah masa lalu itu tak penting
lagi. Sekarang kamu bersamaku.
Ucapan terima kasih itu pantas aku
lontarkan untukmu fikri, karena sudah memberikan Broadcast tentang pin dia. Kita melepas rindu pertama lewat obrolan
BBM.
“Ini
Delia temen SMP itu ya? Apa kabar?”
“Iya
bener ini aku, kirain kamu lupa. Aku baik”
“Gak
lah, kamu tu yang lupa sama aku”
“Bukan
lupa, tapi karena gak ada kontak jadi mau ngubungi gimana?”
Percakapan itu berlanjut seru. Ternyata
dia orang yang menyenangkan. Sedikit rasa sesal pun muncul, kenapa tidak dari
dulu aku mengenalnya. Mengapa aku dulu terlalu cuek untuk urusan berteman
terutama dengan laki-laki. Aku hanya sibuk dengan buku pelajaran demi target
nilai baik untuk membanggakan orang tua.
“Kamu
sibuk apa? Kuliah?”
“Ohh
enggak, aku kerja jadi reception hotel, kamu?”
“Aku
kuliah sambil kerja J”
Kurang rasanya jika ini hanya
sebatas obrolan dengan perantara ponsel. Kamu ingin bertemu, dan aku pun. Malam
itu kamu datang ke rumah. Wajahmu masih tetap sama seperti terakhir kali aku
melihatmu dulu, hanya saja aku tak ingat kapan kamu mulai memakai kacamata itu.
Sweater hitam melekat di postur tubuhmu yang proporsional, tak gemuk juga tak
terlalu kurus, ideal. Kita berbincang sampai malam. Kamu dengan kisahmu dan aku
dengan kisahku. Aku bahagia. Sudah lama aku menantikan saat-saat seperti ini. Ada
getar yang tak biasa ketika aku memandangmu. Mungkin aku sudah jatuh cinta
lagi. Secepat itu? Tidak biasanya seorang Delia gampang menaruh hatinya. Mungkin
juga ini karena lelahnya menanti, hingga tanpa pikir panjang aku mantap
melabuhkan hatiku padanya. Dia tempatku untuk pulang yang terbaik kali ini. Jahat
kah aku? Tidak, tolong jangan anggap perbuatanku ini sebuah kejahatan. Aku hanya
ingin melupakan kisah masa silamku dan kembali memulai yang baru dengannya. Memang
sempat terbersit satu keinginan untuk menjadikannya hanya sebagai pelarian. Tapi
setelah melihat ketulusannya, aku mencintainya. Aku benar mencintainya. Maafkan
aku sayang, untuk niat awalku itu, tulisanku ini sembari permohonan maafku
untuk tidak jujur dari awal tentang semua padamu. Tapi percayalah, detik ini
dalam hatiku hanya ada namamu. Aku ingin kamu. Tolong temani aku, bantu aku
menghidupkan kembali api cinta yang pernah padam.
Anganku kali ini hanya tentangmu. Siang
malam terbayang wajahmu, candaanmu. Aku selalu rindu padamu. Kamu penghias
hatiku yang pernah rapuh oleh cinta yang terlarang. Bagaimanapun kalimat
tentang kebahagiaan saat ini takkan ada satupun yang mampu menggambarkan
perasaanku. Aku bahagia menemukannya, sangat bahagia. Seakan Nobita dalam film
Standby Me yang tahu bahwa masa depannya benar akan menikah dengan Shizuka. Dia
terbata-bata mengucap pernyataannya pada Doraemon lalu terbang dengan
baling-baling bambu, terbang bebas di angkasa dan meluapkan perasaannya. Aku
pun sama, ingin meledak karena penuh dengan udara kegembiraan saat ini.
Dia
Ario, mahasiswa semester 5 di salah satu perguruan tinggi di malang yang sedang
bergelut dengan dunia pertelevisian sebagai pekerjaannya.
29.10.15
Dari
wanitamu yang slalu merindu setiap waktu
I
love you :*