Kamis, 17 April 2014

Semakin Jauh



            Tak pernah aku lupa bagaimana kebiasaanmu yang setiap pagi selalu memberikan ucapan “selamat pagi” melalui media SMS. Sampai matahari dengan congkak menunjukkan sinarnya, kebiasaanmu itu terus berlanjut. Aku bahkan heran, kamu itu pacarku atau alarm yang dengan otomatis akan mengucap salam. Selamat pagi. Selamat siang. Selamat sore. Selamat malam. Tapi justru itu lah yang aku rindukan sekarang. Salam yang tak lagi ada untuk menghiasi kotak masuk pesan di ponselku.
            Aku juga masih ingat, betapa suaramu yang aku rindukan itu selalu menemani beberapa jam dalam keseharianku. Entah untuk sekedar menanyakan kabarku, kegiatanku. Itu merupakan hal rutin yang selalu kau lakukan. Kotamu yang berada di daerah pedesaan tak pernah menjadi alasan untuk sulitnya signal demi kita bisa saling berbicara. Karena dengan cara inilah rindu kita bisa saling bertemu walau tangan tak berpagutan, walau wajah tak saling bertatap muka. Aku begitu kagum dengan usahamu, sesulit apapun keadaan disana tak menyurutkan niatmu untuk tetap bisa berhubungan denganku. Sayang, itu hanya sekejap saja.
            Aku ingat saat-saat kita berdua di rumahku. Di sofa kesayangan kita, kita selalu duduk bersebelahan. Saling bercerita, bercanda, tertawa bersama, berbagi kisah. Pipiku yang chubby selalu saja jadi tujuan utama pendaratan tanganmu untuk kau cubit dengan gemasnya. Kita begitu menikmati saat bahagia itu. Ketika aku menyiapkan makan siang untukmu, kita makan bersama, berangkat ke tempat kerja bersama. Aku begitu rindu kebersamaan kita di rumahku. Namun kini tak lagi aku rasakan.
            Semenjak ponselmu yang berubah menjadi smartphone, kita semakin rajin memberi kabar lewat media whatsapp. Aku masih bisa terima itu. Tak apa aku tak pernah mendapat pesan singkat darimu, tak apa aku tak lagi mendengar suaramu, asal aku masih tahu angin kabarmu saja aku bahagia. Walau sebenarnya sesekali aku masih sangat ingin kembali pada saat-saat itu.
            Dulu dalam gedung yang sama namun berbeda bagian, aku masih bisa menikmati kebersamaan kita, jam kerja kita yang hampir sama dalam satu minggunya membuatmu punya tanggung jawab untuk selalu mengantarku pulang. Jam kerja yang kini tak pernah lagi sama karena jabatanmu yang bukan lagi seorang dishwasher, harus membuat hatiku lebih lapang lagi menerima kenyataan ini. Kita semakin jauh.
            Sebenarnya ini pertanda atau hanya sekedar ujian cinta kita? Kenapa semakin kesini kita seperti semakin di jauhkan. Aku tak pernah mendapati namamu muncul di kotak masuk pesanku, tak pernah menjumpai namamu di daftar panggilan masukku. Hanya dalam riwayat obrolan whatsapp saja. Sampai pada suatu waktu aku juga menjadi pengguna blackberry messenger kita kembali melakukan contact hanya melaui BBM. Tak ada lagi jejak motormu yang parkir di halaman rumahku. Bahkan mungkin kamu tak pernah ke rumahku lagi. Sejak orang tuaku yang tak menginginkan kedekatan kita terus berlanjut.
            Aku rindu kamu, aku rindu kita yang bersama-sama. Kapan kebersamaan itu akan terulang kembali dan akan menjadi abadi? Dengan banyaknya rintangan yang telah datang apa aku mampu terus memperjuangkan cinta kita? Menjaga segalanya dan tetap menantikan masa itu tiba, masa dimana kita akan bersama dan tak kan terpisah lagi? Walau aku masih belum tau pasti kapan hari itu akan menghampiri. Aku wanita, dan karena wanita terbiasa menunggu, namun jika terlalu lama bukankah itu melelahkan? Keadaanpun memaksa kita untuk kian merenggang. Aku tak bisa, sayang. Hanya untuk bersandiwara? Baiklah aku usahakan. Tapi, jangan pernah berfikir bahwa aku ingin menjauhimu dalam arti sebenarnya, karena hati ini sudah tertuju padamu. Hanya untukmu, dan selamanya akan selalu begitu.

Senin, 07 April 2014

Ini Bukan Permainan



Masih dengan asap rokok yang memenuhi ruang kost ku ini, aku kembali menerawang ke luar jendela. Berharap ada keteduhan di langit yang begitu teriknya. Berusaha mencari secercah harapan yang sekiranya masih bisa aku raih.
Setelah apa yang terjadi beberapa bulan lalu, aku masih belum sepenuhnya menyadari akan hidupku yang telah hampa. Aku kehilangan banyak hal yang berharga. Separuh jiwaku. Seseorang yang begitu berarti dalam hidup ini.
Seharusnya ini bukan menjadi sesuatu yang harus aku sesalkan. Aku mendapatkan apa yang pernah aku tanam sendiri. Untuk sesaat, aku biarkan anganku kembali ke masa lalu. Masa dimana aku harusnya menghabiskan waktu berdua denganmu. Iya, harusnya. Tapi kini aku tlah kehilangan kesempatan itu. Untuk alasan yang sama; karna salahku.
Dimana letak logikaku pada waktu itu? Dimana akal sehatku pada masa itu? Tanpa berfikir akan akibat dari perbuatanku, dengan mudahnya aku khianati cinta wanita yang begitu tulus menyayangiku. Wanita pertama yang aku sunting. Wanita yang aku harapkan akan menjadi pendampingku selamanya. Dan aku lebih memilih dia yang lain.
Betapa bodohnya diri ini hingga aku dapat berbuat hal sepicik itu tanpa memikirkan bagaimana perasaan istriku. Entah setan apa yang mampu menghasutku. Aku tidur dengan wanita lain. Wanita yang juga memikat hatiku. Tak pernah ada kesalahan yang istriku lakukan, lantas untuk alasan apa aku berpaling?. Aku tak tahu. Aku hilang arah. Sedihnya, aku harus memilih satu diantara dua wanita yang kini sama-sama mengisi hatiku. Karena kebodohanku sendiri, aku harus melepas seseorang yang berarti. Sosok perempuan yang takkan ku lupa. Maaf sayang, aku harus menalakmu, demi dia dan anak yang sedang dalam rahimnya.
 Ini seakan permainan, atau mungkin memang permainan? Dia yang baru lah yang memenangkan pemainan ini. Dia yang berhasil merebut pilihan ku agar memilihnya. Bukan karena aku yang tak lagi cinta pada istri pertamaku, hanya saja aku tak ingin mendapat predikat sebagai lelaki tak bertanggung-jawab. Dia yang baru yang kini menemani hariku.
Andai aku ingat lagi peristiwa itu, aku merasa malu akan diriku yang lama. Bagaimana bisa aku membuat cinta sebagai alat untuk kepuasan. Seperti barang yang sudah bosan ku beli dan bisa aku buang kapan saja, menggantinya dengan yang baru. Aku tak sadar akan posisiku yang sebentar lagi akan jadi ayah untuk janin yang sedang di kandung istriku sekarang. Seberapapun usahanya untuk berbakti padaku dan menjadi istri terbaik tak pernah aku gubris. Aku seperti tak perduli betapa besar rasa sayang yang ia tunjukkan padaku. Aku buta akan keindahan semu di sekitarku dan banyaknya wanita-wanita yang datang silih berganti di depan mataku.
Sampai ia lahir ke dunia ini. Sampai sang buah hatiku di ijinkan untuk bertemu dunia dan menghirup udara segarnya. Aku sadar akan tugasku, akan tanggung jawabku sebagai suami dan juga sebagai ayah. Melihat perjuangannya untuk memberikanku keturunan, ia pertaruhkan segalanya, bahkan nyawa. Aku berusaha untuk mengimbangi cintanya, mengimbangi rasa sayang yang pernah ia berikan hanya untukku dan akan tetap untukku. Aku mulai menyayanginya.
Namun, tuhan sepertinya sudah terlalu murka untuk melihat hamba-Nya merasakan bahagia setelah apa yang aku lakukan pada istriku. Ia hanya memberiku kesempatan untuk bertemu buah hatiku sesaat saja. Dokterpun sudah memvonis bahwa umurnya memang takkan lama. Untuk dia yang masih begitu kecil dengan penyakit yang begitu parahnya. Andai aku bisa menukarnya, ingin rasanya aku saja yang merasakan sakit itu jangan anakku. Dia jantungku, jika gagal jantung akan menghentikan langkahnya untuk bisa tumbuh dewasa maka aku bersedia untuk menjadi jantungnya. Tapi apa daya aku sebagai manusia. Tuhan sudah mengambilnya kembali. Aku tak sempat melihat langkah pertamanya. Aku takkan pernah mendengar suaranya memanggilku “papa”. Aku kehilangannya.
Hanya istriku kini yang berada di sampingku, berusaha menguatkanku. Dalam kebersamaan ini, aku takkan membiarkannya lepas juga. Sudah cukup aku kehilangan orang-orang yang aku sayang, jangan lagi. Aku berusaha menebus semua kesalahanku selama ini padanya. Sikap cuekku ingin aku ganti dengan perhatian tulusku. Seluruh hidupku akan aku serahkan padanya. Menyayanginya sepenuh hati tanpa ada permainan wanita lagi.
Tapi, apa yang aku dapat? Rupanya usaha yang aku lakukan belum mampu menenangkan amarah Tuhan. Mungkin ini lah karma yang harus aku terima. Aku tlah banyak mempermainkan cinta, dan kini aku yang di permainkannya. Aku yang mengkhianatinya berbalik ia yang mengkhianatiku.
Istriku pergi meninggalkanku bersama laki-laki lain. Aku baru menyadari akan pentingnya kehadiran dia saat aku akan kehilangannya. Mengapa ini harus terjadi? Mengapa dia harus meninggalkanku di saat aku telah mampu menyayanginya dengan tulus.
Aku tlah benar-benar menyayanginya, tapi itu terlambat. Bagaimanapun usahaku untuk mempertahankan hubungan rumah tangga ini tak bisa lagi mencegahnya untuk tetap pergi. Ia melayangkan surat gugatan cerainya. Aku bisa apa? Aku hampir tak pernah membahagiakannya, hanya sesaat saja. Mungkin dengan membiarkannya pergi akan jauh lebih membuatnya bahagia. Lagi pula orang tuanya juga tak mengharap kehadiranku untuk meminang anaknya. Tolol sekali aku baru tau semua ini sekarang. Baiklah aku akan merasa telah menyempurnakan kebahagiaannya itu ketika aku merelakannya, meski itu sulit. Ketika aku sudah benar-benar menyayanginya tapi aku harus melepasnya.
Dia pergi dan tak pernah kembali. Aku kehilangannya. Sama persis ketika aku harus melepas istri pertamaku, dan aku harus kehilangan anakku. Kini, aku kehilangan sosoknya yang selama ini aku hiraukan dan mulai aku sayang ketika dia akan pergi. Laki-laki apa aku ini.
Hidupku tak tentu arah lagi. Apa yang menjadi peganganku tlah hilang, semuanya. Lalu apa yang aku pertahankan? Sebatang rokok yang masih tetap aku genggam ini? Untuk apa, ketika habis abunya pun tak bisa mengubah kehampaan dalam hidupku. Aku tlah kalah dalam permainan yang aku buat sendiri. Dan selanjutnya aku harus membuat permainan yang baru, tetap dengan aku sebagai pemeran utamanya namun entah dengan siapa lawannya.

Selasa, 04 Maret 2014

Ketika Cinta Harus Move On



From    : Randy cayank :*
Time    : 6.12 am / May, 14th  2012

Abis mimpiin kamu, jadi kangen sayank lagi
Padahal baru ketemu kemaren.

            Masih bersiap untuk berangkat ke sekolah, tiba-tiba saja getar sms itu mengagetkan Wina. Begitulah cewek “calm” dan berambut “wave” ini biasa di panggil. Ia yang telah hampir satu tahun menjalani hubungan dengan Randy itu cukup ceria di pagi yang cerah ini. Sementara Randy adalah laki-laki jangkung yang tak begitu tampan namun terlihat begitu kharismatik di mata Wina. Laki-laki yang begitu Wina cintai dan mencintainya. Kehidupan cinta mereka banyak dihiasi kebahagiaan serta kasih sayang, seringkali hal ini membuat teman-temannya iri dengan mereka.
          To        : Randy cayank :*
            Time    : 6.14 am / May, 14th  2012

            Mimpi gimana sayank?? Aku juga kangen kamu,,
            Pengen deket terus :*
           
From    : Randy cayank :*
            Time    : 6.15 am / May, 14th  2012

            So sweet pokoknya yank, nanti aja aku critain,,
            Pulang jam berapa? Aku jemput ya?

Usia mereka memang terpaut jauh tapi itu tak pernah menjadi penghalang. Walaupun mereka juga menjalani studi di tempat yang berbeda, dengan kepercayaan yang di berikan masing-masing membuat hubungan mereka selalu saja harmonis.
~oOo~
            Siang hari, sepulang sekolah Wina mencoba untuk menghubungi pacarnya, memastikan bahwa ia sudah berada di depan sekolahnya. Namun, sudah berkali-kali ia hanya mendengar suara operator yang mengatakan “nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan”.  Hal ini tentu membuat Wina gelisah. Ia berpikiran buruk tentang pacarnya, walaupun Alice teman dekatnya berusaha untuk menenangkan. Sampai akhirnya Randy mengirimkan pesan “Maaf yank, gak bisa ketemu sekarang. Tadi aku dijemput anak-anak buat berangkat ke jogja sekarang. Gak ada signal, gak bisa sms. Jangan galau yaa, I love you :*”. Meski sedikit kecewa namun Wina masih bersyukur, ternyata apa yang dia pikirkan itu salah.
            Menunggu hingga tiga hari, akhirnya kabar dari Randy pun datang, ia telah kembali ke kota pendidikan; Malang. Ia pun ingin segera bertemu dengan pacar terkasih. Namun sayang, keinginan itu harus tertunda. Sebagai siswa yang cerdas bagi Wina tanggal merah bukan berarti libur. Apalagi bulan depan ia harus mewakili sekolahnya untuk mengikuti sebuah olimpiade. Hari itu juga ia sudah di tunggu di sebuah hotel untuk menjalani pelatihan.
            Wina pun mencoba meminta pengertian Randy, tapi sepertinya rasa rindu itu sudah benar-benar menyelimuti Randy, hingga Wina harus mendengar pacarnya menangis untuk yang pertama kalinya dalam pembicaraan di telepon itu. Tak ingin Randy terlalu sedih ia pun berjanji, jika jadwal ia latihan bisa selesai sebelum pukul 11 maka rencana untuk bertemu akan tetap berlangsung.
~oOo~
Keesokan harinya, tepat dengan perkiraan Wina, sebelum jam 11 ia telah selesai dengan pelatihannya. Dengan sangat bahagia ia memberitahukan kabar ini pada Randy. Seperti rencana awal, siang itu juga Randy datang ke rumah sang pacar. Randy mengajak Wina keluar, tujuan mereka juga sudah tak asing lagi. Tempat favorit mereka; bukit gersang. Lucu memang mendengar bukit ini sebagai bukit gersang. Dalam pikiran kita jika mendengar kata “bukit” maka akan terlintas sebuah bayangan akan bukit yang hijau nan indah, namun tidak untuk bukit yang menjadi tempat persinggahan Randy dan Wina ini. Bukit ini justru gersang tak satupun bunga menghiasi, hanya satu pohon beringin yang berada tepat di tengah-tengahnya. Tak terlalu besar, tapi cukup untuk memayungi mereka berdua agar tak terlalu merasakan teriknya surya. Entah apa yang membuat bukit itu begitu spesial, yang mereka berdua tahu, mereka dapat saling bertukar cerita, bercanda merasakan kebersamaan yang membuat keduanya semakin tak ingin kehilangan.
Tak lama kemudian, Randy mengeluarkan sebuah bungkusan dari tasnya. Wina pun segera membuka isi dari bungkusan itu, sebuah T-shirt berwarna putih dengan lambang wanita sebagai gambar di tengahnya. Randy membuka resleting jaketnya dan menunjukkan baju yang ia pakai, T-shirt berwarna sama namun dengan lambang laki-laki. Ini T-shirt couple, iyaa couple. Seperti hati mereka yang juga berpasangan. Wina pun memeluk Randy yang berada tak jauh di depannya. “Makasih sayang” ucap Wina.
Sinar matahari mulai malu untuk menampakkan cahayanya. Mereka berdua bergegas pulang. Sesampainya di rumah, mereka masih saja bersenda gurau tanpa memperdulikan hari yang sudah semakin gelap. Hari itu merupakan hari terbaik bagi keduanya. Betapa tidak, mereka telah mencipta moment yang takkan terlupa. Kebersamaan selama seharian itu semakin menumbuhkan kasih diantara keduanya. kebersamaan yang belum pernah Wina rasakan dengan laki-laki sebelumnya. Randy lelaki pertama yang mampu membuat Wina merasakan indahnya cinta, menunjukkan arti berbagi yang sebenarnya.
Waktu yang terus berputar akhirnya membawa Randy dan Wina pada bulan teristimewa. Bulan dimana tepat satu tahun yang lalu hubungan mereka terjalin; 1st anniversary. Sayangnya, hari itu tak bisa mereka rayakan karena Wina harus berangkat ke Surabaya untuk melaksanakan sebuah olimpiade.
Sehari sebelum keberangkatan Wina, ia harus mengikuti pemilihan “Cak dan Ning 2012”. Padat memang jadwalnya. Tapi dengan lapang Randy mencoba mengerti kesibukan kekasihnya itu. Bahkan di minggu itu, hampir satu hari penuh Randy menemani perjalanan Wina. Dari hunting highheels, vitting baju, hingga pada saat kontes berlangsung. Wina bersyukur bisa memiliki kekasih seperti Randy yang begitu setia menemaninya, memberinya dukungan. Baginya, ia lah lelaki terindah yang diberikan Tuhan untuk mendampingi hari-harinya.
Babak demi babak tlah terlewatkan, nama Wina belum berhasil untuk menempati 10 besar itu. “Gak usah kecewa ya sayang, belum rejeki kamu. Tahun depan kalau ada lagi mungkin kamu bisa mencobanya lagi”. Kalimat itu cukup menumbuhkan semangat Wina lagi.
“Happy anniversary ya sayang, gak terasa sudah satu tahun hubungan kita, semoga makin langgeng ya. Amin.”
“Ini kan masih tanggal tiga yank? Bukannya besok?”
“Iyaa sih, tapi kan besok kamu jauh. Gak apa-apa kan kalau ngucapin sekarang? Intinya juga sama, sekarang ini malam satu tahunnya hubungan kita”
“Kamu jangan galau ya aku tinggal. Jangan macem-macem sama cewek lain! Aku gak lama kok disana, cuma tiga hari aja”
“Iya sayang, happy anniv buat kita”. Kalimat itu Randy ucapkan seraya mengecup kening Wina. Bahagianya malam itu, banyaknya bintang di langit dan terangnya bulan ikut menjadi saksi cinta mereka dan menambah kesempurnaan di hari yang begitu indah.
~oOo~
Bak kata pepatah semakin tinggi pohon semakin kencang angin menerpa, hubungan mereka makin banyak menemui rintangan. Entah apa yang membuat keduanya hilang kepercayaan Randy justru memilih untuk mengakhiri hubungan itu. Tepat satu bulan setelah malam satu tahun yang mereka lewati dengan indah. Bukan karena hadirnya orang ketiga, bukan karena kesalahan fatal yang dilakukan keduanya. Hanya karena tak ada lagi perhatian. Sepele? Iyaa, sangat sepele. Kesibukan Wina di sekolah, banyaknya tugas kuliah bagi Randy membuat mereka memilih untuk mengakhiri ikatan itu. Padahal tidak ada yang salah dari hubungan mereka, kenapa hanya karena kurangnya waktu bagi mereka berdua harus membuat sebuah cinta berakhir. Jika cinta harusnya saling mengerti maka itu tak terjadi pada mereka.
Anehnya, setelah status pacar tak lagi melekat pada mereka, kedekatan itu justru semakin terjalin erat. Saat pacaran hampir tak ada contact, tapi rajin mengirim pesan singkat setelah keduanya putus. Mereka memang pasangan yang lucu. Hubungan mereka tak bisa di deskripsikan. Yang jelas, sampai detik ini, mereka masih saling menyayangi.
Siapa yang sangka jika di bulan agustus ini semua orang sibuk memperingati hari kemerdekaan dengan mengikuti berbagai lomba tapi justru tidak bagi Wina. Ia lebih memilih sibuk menyiapkan surprise party untuk Randy. Bersama sahabatnya Alice, ia merencanakan semuanya dengan matang. Kue tart itu, kado ulang tahun itu, kartu ucapan, semuanya tak boleh ada satupun yang tertinggal. Wina bahagia melihat raut wajah Randy yang juga bahagia dengan surprise yang dia berikan. Sukses.
Entah ini pertanda bahwa mereka berjodoh atau hanya sebuah kebetulan, yang jelas Wina dan Randy berulang tahun di bulan yang sama. Sehingga, selang beberapa minggu surprise itu berpindah di rumah Wina. Wina sungguh tak menyangka akan mendapat kejutan yang jauh di luar dugaannya. Bahkan Wina beranggapan jika Randy lupa akan ulang tahunnya.
Mengingat pesan Randy yang mengatakan bahwa ia masih di luar kota, sangat tidak memungkinkan untuk Randy bisa datang ke rumahnya. Untuk mengucapkan lewat telepon saja masih tak mungkin juga karena daerahnya yang pelosok hingga sulit untuk mendapatkan signal. Tapi di situlah kejutannya. Kecemasan Wina akan Randy yang lupa hari bahagia itu terjawab pada siang hari ketika Wina mendapati sebuah mobil Toyota merah terparkir di depan rumahnya. Dengan sosoknya yang tampan, ia membawa dua tumpukan kotak yang di hiasi kertas dengan begitu indahnya.
“Happy birthday Wina”
Wina yang terharu tak kuasa menahan tangisnya. Belum sempat ia mengucapkan terima kasih, ia justru memukuli Randy. “Kamu kok jahat sih? katanya lagi gak di malang kenapa sekarang udah nyampai sini”. Dengan air mata yang masih menetes itu, Randy pun hanya bisa tersenyum melihat tingkah Wina yang seperti anak kecil itu. Terkadang sikap manja Wina inilah yang membuat Randy rindu akan sosok Wina. Di akhir bulan itu juga mereka kembali menyatukan perasaan dalam satu ikatan cinta.
~oOo~
Bagaikan sebuah permainan, cinta Wina kembali berbuah air mata. Belum lama merasakan bahagia, jalinan cinta itu kembali pada ujung perpisahan. Masih tetap dengan alasan yang sama. Wina terlalu sibuk dengan semua kegiatan sekolahnya hingga lupa memberi kabar pada Randy. Begitupun sebaliknya. Padahal baru saja satu minggu yang lalu Randy menjemput Wina di sekolahnya. Di atas vespa merah itu mereka masih sempat saling bercanda. “Kamu tau win? Kamu cewek pertama yang mau aku bonceng naik vespa ini”. “Memangnya yang lain gak ada? Bukannya malah lebih so sweet di bonceng naik vespa ya? Bisa lebih deket”. Sepertinya moment itu memang moment terakhir yang sengaja di ciptakan Randy sebelum akhirnya dia menghilang tanpa kabar.
Hampir dua minggu ini, tak satupun pesan yang datang ke telinga Wina dari Randy. Ia justru mendapat informasi dari Alice bahwa Randy ingin focus pada kuliahnya terlebih dahulu, ia yang belum bisa membagi waktunya mana untuk Wina dan mana untuk kuliahnya menginginkan sendiri dulu. Wina semakin kecewa, kenapa kabar itu justru datang dari temannya, kenapa bukan Randy sendiri.
Melihat nama Randy di online list, tanpa berfikir akan di balas atau tidak Wina pun langsung memulai chat dengannya. Karena lelah menunggu balasan SMS yang tak pernah di terima, di inbox fb itulah ia bertanya.
“kamu mutusin aku kah?”
“aku pengen sendiri dulu”
“kenapa gak bilang? Kenapa harus ngilang dulu gak ada kabar, aku khawatir”
“maaf kalau aku ngilang gak ada kabar, aku baik kok”
Kali ini tanpa ada air mata, mungkin Wina sudah lelah menangisi kejadian yang selalu sama; perpisahan. Wina memaksa untuk bisa melewati hari-harinya tanpa Randy. Terlebih lagi saat ia membaca tweet Randy “move on”. Tanpa alasan yang pasti, sejak saat itu Randy menjauh dan benar-benar menghilang dari kehidupan Wina. Seperti tak ingin mengenal Wina lagi, tanpa ada pesan singkat lagi, tak berteman di facebook, tak tampak di mention twitter, Randy pergi. “Beginikah caramu untuk melupakanku?”
Setiap harinya bayangan wajah Randy begitu jelas dalam angan Wina, bagaimana mungkin ia akan melupakan seseorang yang begitu berarti. Sosok yang paling indah yang pernah hadir menghiasi hari-harinya. Setiap pagi slalu timeline dia, siang hingga malam pun masih dengan timeline dia. Biar facebook terblokir, Wina tak kurang akal untuk selalu memantau Randy. Demi menghapus rasa penasarannya akan pertanyaan “lagi ngapain dia?” “lagi sama siapa dia?” Wina rela membuat akun fb baru.
Walau sampai sebegitunya usaha yang ia lalui ternyata sampai kapanpun takkan merubah apa yang terjadi sekarang. “sebelum pacaran saja kita bisa jadi teman baik, kok udah putus gak bisa kayak dulu lagi?” pertanyaan itu kian menyiksa pikirannya. Terlebih lagi jika harus ada sesuatu hal yang menyeretnya kembali ke masa lalu, membawa ingatannya akan hal indah yang pernah di lalui dulu.
Wina lelah menuruti hasrat ingin tahunya, itu hanya semakin membuatnya ingat pada kesakitan yang pernah Randy berikan. Betapa harapan yang di tunjukkan Randy hanyalah harap hampa. Mau sampai kapan juga Wina akan kepo tentang Randy, sampai ia tahu perasaannya? Sampai keadaan akan menyadarkan Randy bahwa bagi wanita yang terlalu cinta move on itu tak semudah membalikkan tangan? Siap-siap saja itu mungkin berarti selamanya.
Inilah kehidupan, kasih yang terjalin lama, kesenangan di dalamnya, tak menjamin akan memberikan akhir yang bahagia. Karena happy ending hanya ada dalam film, film yang di sutradarai oleh manusia itu sendiri.
~oOo~
From the true story.
Untuk kamu disana yang udah jadi milik orang lain,
Terima kasih untuk kisah yang pernah kau cipta bersamaku
kamu yang masih dengan kado ulang tahun dariku; pink Patrick :*

          

Kamis, 06 Februari 2014

Tunggu Aku



Sampai aku tahu bahwa engkau telah bersamanya, aku masih tetap dengan keputusanku untuk tetap menunggu. Entah apa yang akan aku dapatkan dari penantian ini. Kamu selalu dan selalu saja melayangkan kata-kata yang membuat aku enggan pergi dan berlalu. Aku telah terlalu menyayangimu.
Pada detik ini, keraguanku semakin membutakan pikiranku. Untuk sebuah alasan aku bertahan, dan untuk beberapa alasan aku harus menjauh. Harusnya sudah jelas. Dari sekian alasan yang ada mengharuskan aku untuk pergi. Tapi ini akan menyakiti perasaanku sendiri. Di sisi lain sebagai wanita pun aku tak mau berada dalam posisinya; diduakan. Ahh, aku gila jika harus memikirkan ini sendirian.
Kamu yang aku sayang, kenapa baru sekarang mencipta sebuah pertemuan. Di saat kau telah menjadi milikknya, di saat lahir dia sang buah hatimu. Aku punya kuasa apa untuk merusak tiang pernikahan itu.
Kamu yang tak menginginkan kebersamaan dengannya terus saja mengelak. Kamu yang mengharap dapat bersatu denganku tetap berusaha meyakinkanku. Dengan usaha yang bagaimana kamu akan memperjuangkan aku?
Orang tuaku saja tak pernah menyetujui kedatanganmu di kehidupanku. Mereka melarangku. Tapi aku sayang kamu. Aku harus berbuat apa. Aku tak mungkin jadi anak durhaka yang tak penurut pada orang tua. Dan aku pun tak sanggup melukai hatiku untuk yang kesekian kali karena membohongi perasaanku sendiri dengan berkata tidak mencintaimu.
Jadi aku harus bagaimana? Apa aku harus tetap menjauhimu demi jadi anak kebanggaan orang tua yang selalu nurut apa kata ayah bunda. Iyaaa, untuk beberapa waktu mungkin aku harus menjauh darimu. Biarkan aku lepas dari genggamanmu untuk sesaat saja. Biarkan aku mencari pangeran lain seperti yang di idamkan bunda. Sesorang yang masih berstatus sendiri. Hingga aku jenuh dan dapat buktikan pada mereka bahwa tidak ada lagi laki-laki lain yang bisa membuatku bahagia selain dirimu. Asalkan kamu pun bersedia memenuhi janjimu untuk bisa lepas dari ikatan suci yang masih menyatukan kamu dengan dia.
Aku berjuang. Kamupun berjuang sayang. Kita kan hadapi segala rintangan ini berdua. Aku percaya tuhan akan lelah mendengar doa yang selalu kita panjatkan tiap hari. Hingga akhirnya tuhan akan mengabulkannya dan memberi jalan untuk kita dapat bersatu selamanya.
Tunggu aku sayang, jangan lelah menanti
Aku kan datang di usiaku yang sudah siap untuk kau pinang
Dan kau kan kembali di saat kau sudah sendiri
Kita kan bahagia nantinya