3 hari selepas
kabar burukmu. Aku tak pernah menduga kalau hasil dari penantianku selama ini
berujung perpisahan. Iya, tepat 3 hari yang lalu dimana kau janjikan akan
memberiku sebuah kabar gembira telah berpisah dengannya ternyata itu salah. Kau
justru belum bisa melepasnya. Dengan alasan yang sama, karena orang tuamu. Kalian
mungkin bertanya kenapa aku baru mengatakannya sekarang? Padahal aku adalah
Ratu Update, setiap hal selalu aku postingkan tepat pada momentnya. Tapi kali ini
lain. Hatiku terlalu hancur untuk menuliskan peristiwa itu. Aku perlu waktu
untuk menata ulang semua sebelum aku sanggup memulai sebuah paragrap baru.
Saat ini pun, aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. Aku merasa aku masih berada dalam mimpi burukku. Tapi aku salah, aku sudah bangun. Dan aku harus menghadapinya.
Aku bodoh. Mungkin
kata itu pantas untukku. Aku terlalu bodoh karena mencintai orang yang salah. Aku
bodoh karena telah memberikan kepercayaanku seutuhnya. Aku bodoh telah
mempercayainya. Aku bodoh telah memberikan semuanya. Aku bodoh karena tak
pernah mendengar nasehat orang lain. Aku sangat bodoh telah mengabaikan mereka
semua. Dan sekarang, setelah jiwa raga dan semua aku berikan padanya, inilah
yang aku dapat. Pantaskah aku menyesali ini? Sementara dari awal sebenarnya aku
tahu aku tak perlu memberikan semuanya. Aku berdosa. Aku merasa bersalah pada
orangtuaku, yang demi dia aku rela berbohong. Aku mulai berani membohongi
mereka agar aku bisa keluar dengannya. Aku selalu menyimpan rahasia, aku tak
pernah lagi terbuka, selalu saja aku tutup-tutupi. Jika aku ceritakan ini,
apakah mungkin mereka memaafkanku? Aku yang sudah dilarang mendekatinya masih
terus saja membantah perintah itu, aku justru semakin dekat. Masihkah mereka
mau memaafkanku untuk semua itu?
Kenapa harus skenario
berat seperti ini yang kau pilih untuk aku mainkan Tuhan? Bahkan demi dia pun
aku telah melawan-Mu dengan tak mengindahkan laranganMu. Aku hina. Adakah ampunan
untukku Tuhan?
Setelah semua
pengungkapanmu tentang tak bisanya kita bersatu, kau masih saja kekeuh ingin
berjuang. Baik, silahkan saja jika memang kau masih ingin memperjuangkannya. Tapi
maaf aku sudah tidak ingin menunggunya lagi. Wow? Tak menunggu lagi? Apa bisa? Hahh,
hati ini terlalu lemah untuk bisa menerima bahwa aku sekarang harus menjauhinya.
Kamu tahu? Sulit bagiku untuk melepasmu. Aku masih menyayangimu. Tapi sampai
kapan aku masih harus menunggu lagi? Cukup. Bagaimanapun beratnya aku harus
lawan, ada keluarga yang masih lebih aku sayangi dan aku tak ingin
mengecewakannya. Sudahi saja. Tolong, biarkan aku lepas dari genggamanmu. Kembalilah
pada pelukan yang telah di pilihkan keluargamu. Aku tak ingin terus menyiksa
diri dengan penantian yang tak pernah pasti. Aku mungkin akan sedih. Itu hal
yang lumrah kan. Tapi aku berdoa semoga aku tak terlalu lama larut dalam
kesedihan itu. Dan segera mungkin melupakan semua ini, kembali berjalan menata
masa depan, tanpa kamu tentunya.
Besok, aku akan
memasuki usia 20, aku pernah berharap hari itu akan menjadi spesial dengan kamu
di sampingku. Tapi, yaaaa apa boleh buat. Ulang tahunku justru mendapat kado
perpisahan dari kamu. Akan aku lewati esok tanpa kekasih. Aku juga tak yakin
akan mendapat kejutan. Semua teman yang pernah begitu dekat mungkin akan
melupakan tanggal 26 ini. Aku punya siapa sekarang? Sedih? Iya, iri? Iyalah,
melihat mereka yang bisa bercanda menikmati pesta ulang tahun yang di siapkan
kerabat terdekat dan sang pujaan hati. Well, mungkin memang harapanku yang
terlalu tinggi. Aku yang berkhayal tentang satu peristiwa di bulan ini akan menjadi
momen tak terlupakan dan begitu indah adalah salah besar. Enough, aku tak
sanggup bila harus membayangkan kemungkinan yang lain tentang besok.
Hari ini dan
seterusnya, aku harus mulai membiasakan diri tanpamu, tanpa senyummu, tanpa
sapaan hangatmu, tanpa pelukanmu tanpa semua yang dari kamu. Terima kasih
untukmu yang telah menggoreskan gita cinta begitu luar biasa.
Kuatkan hati ini untuk menghadapinya Tuhan. Wahai
Dzat yang membolak-balikkan hati, kali ini tolong jangan lagi kau letakkan
hatiku pada orang yang salah.