Jumat, 21 Agustus 2015

The Day



The Day
     Selamat sore kamu yang masih jadi milik orang. Masih belum lelah berada dalam pelukannya? Jika belum, apa tidak ingat dengan janjimu? Hari ini loo ! Baiklah, aku rasa kamu ingat, karena kemarin kamu sudah berkata “Besok ay libur sayang, ada urusan yang nyangkut tentang sayang, semoga apa yang kita inginkan bisa terwujud ya, minta doanya”. Bagaimana tidak terharu hati ini membaca BBM mu itu. Yaa, pasti akan aku doakan ay. Tapi? Benarkah aku harus berbahagia setelah itu? Akankah masalahnya selesai begitu saja setelah kamu sudah menceraikan istrimu itu? Tidakkah akan ada rintangan yang baru? Bagaimana dengan keluargaku? Akankah mereka berubah pikiran dan merestui hubungan kita?

     Aku masih belum bisa membayangkan kemungkinan terburuk sekalipun. Sayang? Benarkah liburmu ini untuk menyelesaikan semua urusan itu? Benar sungguh-sungguhkah kau akan semua janjimu untuk memperjuangkan aku? Sampai detik ini pun, kabarmu belum juga sampai di ponselku. Apa itu karena kamu terlalu sibuk dengan semua syarat perceraian? Atau sibuk di pengadilan untuk sidang? Atau justru sebenarnya kau tengah bersantai menikmati secangkir kopi hitam dan menghisap sebatang rokok kesayanganmu itu? Sayang, aku hanya bisa menerka tentang apa yang sedang kau lakukan hari ini. Dan aku pun hanya mampu menengadahkan tangan kepada Tuhan untuk memberikan yang terbaik bagi kita berdua. Tolong, jangan membuat aku harap-harap cemas. Jangan buat aku gila dengan pemikiranku ini. Aku mulai resah pada tiap-tiap pertanyaan yang aku buat sendiri tanpa tahu jawabnya. Apalagi kita tak mungkin bertemu hari ini. Dan aku mesti bersabar satu hari lagi.

     Apakah kabar baik yang akan kau beritahukan padaku besok sayang?  Atau justru sebuah keputusan bahwa kau akan meninggalkanku karena hakim tak menyetujui gugatan ceraimu itu?  Sayang, aku tak pernah siap kehilanganmu. Bagiku, kaulah duniaku. Namun, jika pergi adalah jalan terakhir, aku bisa apa?  Aku hanya parasit dalam kehidupan rumah tanggamu. Aku tak mungkin memaksa keadaan untuk berbalik mendukungku. Aku tak mungkin masuk ke hatimu saat kalian masih bergandengan tangan. Aku akan masuk setelah salah satunya melepaskan genggaman. Tapi perlu kau ingat juga sayang, seorang tamu takkan pernah masuk dalam rumah jika bukan tuan rumah itu sendiri yang mengijinkannya. Terlebih lagi, dalam hal ini kaulah yang memulai. Kau yang terus mendekatiku, hingga akhirnya aku terjebak dalam cintamu. Salahkah jika sekarang aku meminta apa yang sudah semestinya menjadi milikku? Sayang, sekarang aku tak tahu harus menulis apalagi, pikiranku masih kalut akan semua kemungkinan yang bisa terjadi. Akan aku akhiri saja cerita ini sembari aku terus berdoa meminta kemudahan pada Rabb kita untuk membantumu. Apapun hasilnya semoga memang itulah bahagia yang ingin di berikan Tuhan pada kita berdua.

Dari seseorang dalam masa penantiannya
yang masih menunggu kabar kepastian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar