The Day
Selamat sore kamu yang masih jadi
milik orang. Masih belum lelah berada dalam pelukannya? Jika belum, apa tidak ingat
dengan janjimu? Hari ini loo ! Baiklah, aku rasa kamu ingat, karena kemarin kamu
sudah berkata “Besok ay libur sayang, ada urusan yang nyangkut tentang sayang,
semoga apa yang kita inginkan bisa terwujud ya, minta doanya”. Bagaimana tidak terharu
hati ini membaca BBM mu itu. Yaa, pasti akan aku doakan ay. Tapi? Benarkah aku harus
berbahagia setelah itu? Akankah masalahnya selesai begitu saja setelah kamu sudah
menceraikan istrimu itu? Tidakkah akan ada rintangan yang baru? Bagaimana dengan
keluargaku? Akankah mereka berubah pikiran dan merestui hubungan kita?
Aku masih belum bisa membayangkan kemungkinan
terburuk sekalipun. Sayang? Benarkah liburmu ini untuk menyelesaikan semua urusan
itu? Benar sungguh-sungguhkah kau akan semua janjimu untuk memperjuangkan aku?
Sampai detik ini pun, kabarmu belum juga sampai di ponselku. Apa itu karena kamu
terlalu sibuk dengan semua syarat perceraian? Atau sibuk di pengadilan untuk sidang?
Atau justru sebenarnya kau tengah bersantai menikmati secangkir kopi hitam dan menghisap
sebatang rokok kesayanganmu itu? Sayang, aku hanya bisa menerka tentang apa
yang sedang kau lakukan hari ini. Dan aku pun hanya mampu menengadahkan tangan kepada
Tuhan untuk memberikan yang terbaik bagi kita berdua. Tolong, jangan membuat aku
harap-harap cemas. Jangan buat aku gila dengan pemikiranku ini. Aku mulai resah
pada tiap-tiap pertanyaan yang aku buat sendiri tanpa tahu jawabnya. Apalagi kita
tak mungkin bertemu hari ini. Dan aku mesti bersabar satu hari lagi.
Apakah kabar baik yang akan kau beritahukan
padaku besok sayang? Atau justru sebuah keputusan
bahwa kau akan meninggalkanku karena hakim tak menyetujui gugatan ceraimu itu? Sayang, aku tak pernah siap kehilanganmu. Bagiku,
kaulah duniaku. Namun, jika pergi adalah jalan terakhir, aku bisa apa? Aku hanya parasit dalam kehidupan rumah tanggamu.
Aku tak mungkin memaksa keadaan untuk berbalik mendukungku. Aku tak mungkin masuk
ke hatimu saat kalian masih bergandengan tangan. Aku akan masuk setelah salah satunya
melepaskan genggaman. Tapi perlu kau ingat juga sayang, seorang tamu takkan pernah
masuk dalam rumah jika bukan tuan rumah itu sendiri yang mengijinkannya.
Terlebih lagi, dalam hal ini kaulah yang memulai. Kau yang terus mendekatiku,
hingga akhirnya aku terjebak dalam cintamu. Salahkah jika sekarang aku meminta apa
yang sudah semestinya menjadi milikku? Sayang, sekarang aku tak tahu harus menulis
apalagi, pikiranku masih kalut akan semua kemungkinan yang bisa terjadi. Akan
aku akhiri saja cerita ini sembari aku terus berdoa meminta kemudahan pada Rabb
kita untuk membantumu. Apapun hasilnya semoga memang itulah bahagia yang ingin
di berikan Tuhan pada kita berdua.
Dari seseorang dalam masa penantiannya
yang masih menunggu
kabar kepastian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar