Kamis, 06 Februari 2014

Selingkuhanku Saudaraku



Siapa yang salah ketika ada pasangan sedang menjalin hubungan tapi tak pernah di perhatikan. Aku yang tak bisa mengerti kamu? Atau kamu yang terlalu sibuk hingga lupa aku? Jangan salahkan aku jika aku akhirnya bosan dengan semua ini. Kamu sendiri yang membuat keadaan menjadi begini.
Aku tau kondisimu, kini kamu adalah tulang punggung bagi keluargamu. Ayahmu yang sudah tiada, ibumu yang sudah renta. Bagaimana mungkin kehidupan dapat terus berjalan hanya dengan menghirup udara saja tanpa makan dan minum. Keputusanmu untuk membanting tulang demi menghidupi keluargamu cukup membuat pilu hatiku. Dari pagi hingga malam kau habiskan waktumu hanya untuk mencari rupiah. Terkadang aku kasihan melihatmu. Kamu masih terlalu muda untuk memikirkan bagaimana memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Mana uang untuk membayar listrik, air, pajak, makan, minum, pakaian, biaya sekolah adikmu. Beban yang kau pikul cukup berat sayang. Tapi aku pacarmu juga butuh kamu. Butuh kamu di saat aku bersedih, saat aku bahagia. Aku butuh kamu sebagai sandaranku ketika lelah, butuh kamu jadi telinga untuk mendengar keluh kesahku, butuh kamu di setiap saat. Tapi itu mustahil.
Aku punya pacar tapi tidak dalam wujud nyata. Hanya statusku. Bagaimana tidak? aku punya pacar tapi serasa tak ada pacar. Aku masih kesepian.
Hingga ada laki-laki lain yang mendekatiku. Ia lebih perhatian dari pacarku. Ia slalu ada di saat aku membutuhkannya. Ia yang membuat hari-hariku berwarna.
Hal yang aku khawatirkan pun terjadi, aku menaruh hati padanya begitu juga laki-laki yang baru datang itu. Aku tau yang aku lakukan ini salah, memiliki dia saat aku sudah memiliki yang lain. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku membutuhkan seseorang yang slalu ada di sampingku, dan aku menemukan itu padanya bukan pada pacarku. Dengan sembunyi-sembunyi hubungan ini berjalan.
Satu yang masih mengganjal di hati ini. Wajah laki-laki ini hampir tak asing lagi. Tapi aku tak mampu mengingatnya siapa.
Lama hubungan ini terjalin, aku mulai mengenalnya. Siapa dia, keluarganya. Sungguh sempit dunia ini. Bisa-bisanya aku menjalin kedekatan dengan saudaraku sendiri; kakakku. Sesuai dugaan, firasatku tak salah jika aku pernah bertemu dengannya. Iyaa, semasa kecil di tanah kelahiran keluarga; Sumatra. Sebelum akhirnya semua merantau dan orang tuaku memilih disini; jawa timur.
Aku hampir tak percaya dengan kenyataan ini, aku tak mau ini terjadi, aku masih berharap ini mimpi. Tapi beginilah adanya.
Tuhan ingin menunjukkan arti kesetiaan. Tuhan menginginkanku lebih bisa menerima keadaan pacarku. Yaaaa, ini memang salahku menduakannya. Itu pun bukan tanpa alasan. Aku bosan dengan ia yang tak pernah ada untukku. Lalu apa artinya pacar jika itu hanya status.
Cukuplah kamu jadi saudaraku, tak mungkin ini terus di jalani, walau aku lebih menyayangimu.
Sepertinya aku harus kembali ke jalanku, tetap pada perasaanku untuk pacarku. Belajar lebih mengerti dan belajar setia. Karna harusnya aku bersyukur memiliki laki-laki itu, ia bertanggung jawab. Bekal nanti ketika ia jadi pendamping hidupku kelak. Lelaki pekerja keras yang kan menafkahiku, menjagaku, menyayangiku. Selalu
Maafkan aku sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar