Siapa yang salah
ketika ada pasangan sedang menjalin hubungan tapi tak pernah di perhatikan. Aku
yang tak bisa mengerti kamu? Atau kamu yang terlalu sibuk hingga lupa aku?
Jangan salahkan aku jika aku akhirnya bosan dengan semua ini. Kamu sendiri yang
membuat keadaan menjadi begini.
Aku tau kondisimu,
kini kamu adalah tulang punggung bagi keluargamu. Ayahmu yang sudah tiada,
ibumu yang sudah renta. Bagaimana mungkin kehidupan dapat terus berjalan hanya
dengan menghirup udara saja tanpa makan dan minum. Keputusanmu untuk membanting
tulang demi menghidupi keluargamu cukup membuat pilu hatiku. Dari pagi hingga
malam kau habiskan waktumu hanya untuk mencari rupiah. Terkadang aku kasihan
melihatmu. Kamu masih terlalu muda untuk memikirkan bagaimana memenuhi semua
kebutuhan rumah tangga. Mana uang untuk membayar listrik, air, pajak, makan,
minum, pakaian, biaya sekolah adikmu. Beban yang kau pikul cukup berat sayang.
Tapi aku pacarmu juga butuh kamu. Butuh kamu di saat aku bersedih, saat aku
bahagia. Aku butuh kamu sebagai sandaranku ketika lelah, butuh kamu jadi
telinga untuk mendengar keluh kesahku, butuh kamu di setiap saat. Tapi itu
mustahil.
Aku punya pacar
tapi tidak dalam wujud nyata. Hanya statusku. Bagaimana tidak? aku punya pacar
tapi serasa tak ada pacar. Aku masih kesepian.
Hingga ada
laki-laki lain yang mendekatiku. Ia lebih perhatian dari pacarku. Ia slalu ada
di saat aku membutuhkannya. Ia yang membuat hari-hariku berwarna.
Hal yang aku
khawatirkan pun terjadi, aku menaruh hati padanya begitu juga laki-laki yang
baru datang itu. Aku tau yang aku lakukan ini salah, memiliki dia saat aku
sudah memiliki yang lain. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku membutuhkan seseorang
yang slalu ada di sampingku, dan aku menemukan itu padanya bukan pada pacarku. Dengan
sembunyi-sembunyi hubungan ini berjalan.
Satu yang masih
mengganjal di hati ini. Wajah laki-laki ini hampir tak asing lagi. Tapi aku tak
mampu mengingatnya siapa.
Lama hubungan ini
terjalin, aku mulai mengenalnya. Siapa dia, keluarganya. Sungguh sempit dunia
ini. Bisa-bisanya aku menjalin kedekatan dengan saudaraku sendiri; kakakku.
Sesuai dugaan, firasatku tak salah jika aku pernah bertemu dengannya. Iyaa,
semasa kecil di tanah kelahiran keluarga; Sumatra. Sebelum akhirnya semua
merantau dan orang tuaku memilih disini; jawa timur.
Aku hampir tak
percaya dengan kenyataan ini, aku tak mau ini terjadi, aku masih berharap ini
mimpi. Tapi beginilah adanya.
Tuhan ingin
menunjukkan arti kesetiaan. Tuhan menginginkanku lebih bisa menerima keadaan
pacarku. Yaaaa, ini memang salahku menduakannya. Itu pun bukan tanpa alasan.
Aku bosan dengan ia yang tak pernah ada untukku. Lalu apa artinya pacar jika
itu hanya status.
Cukuplah kamu jadi
saudaraku, tak mungkin ini terus di jalani, walau aku lebih menyayangimu.
Sepertinya aku
harus kembali ke jalanku, tetap pada perasaanku untuk pacarku. Belajar lebih
mengerti dan belajar setia. Karna harusnya aku bersyukur memiliki laki-laki
itu, ia bertanggung jawab. Bekal nanti ketika ia jadi pendamping hidupku kelak.
Lelaki pekerja keras yang kan menafkahiku, menjagaku, menyayangiku. Selalu
Maafkan aku
sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar